Asal Jangan Lupa Jalan Pulang
Berandai senja menjadi pendar yang egois, yang tak mengekalkan sang bulan memerintah malam kembali menjarakkan langkah kaki aku dan kamu. Rasanya cepat sekali senja tenggelam dibalik dinginnya ancala, kurasa haruslah raga ini segera berkemas lalu mengajarinya cara berenang. Setidaknya, ketika aku dan kamu sedang membagi kisah, atau sekedar menatap, atau sekedar diam memaknai cinta, atau barangkali menyusun strategi melawan rindu, yang habis hanyalah kesedihan pada masing-masing kita, bukan waktu lantas jadi merindu. Perihal rindu, Sang Maha Cinta sepertinya memaketkan untukku sepasang dengan cemburu, mungkin esok akan menikah dengan khawatir, mungkin esok akan melahirkan curiga. Bintangpun sepertinya dengar ketika kamu dengan suara pelan berucap kau gamang bilamana aku jatuh pada peluk yang lain, terlebih lagi jika salah salah malah membuatku sengsara, kendati itu sahabatku. Sungguh, aku ingin meneriaki indra pendengarmu, atau barangkali menyurati hatimu agar