Jangan Terlambat. [UNTUK PERGI]

        Adalah hal-hal yang-hal yang masih rahasia saat tanda tanya meluncur pelan dari bibirmu,
"adakah rasa itu, untukku?"
Jangan bertanya lagi, kumohon. Biarkan aku menelusuri tiap-tiap takutmu, memotret tawamu yang hanya kau lakukan sesekali, dan membalas senyummu dengan malu-malu.
Hidupmu adalah alur yang harus aku lakoni, jalan yang harus aku lalui, serta jurang yang harus kuukur dalamnya, walau ternyata tak berujung.

     Adalah hal-hal yang masih tak kau mengerti, mengapa aku tak kunjung keluar dari sisi gelapmu. Kau tahu? Karena aku sudah terlanjur masuk disaat kau menutup pintu karena baru sadar ada penyusup.

     Biar saja semua terjadi dengan alakadar, meski tak kutakjawab bagaimana rasaku, sebab perasaan bukan untuk dijelaskan tapi untuk dibuktikan. Cukuplah aku mengurungmu dalam syair pemeluk bulan, agar aku selalu memilikimu. Kubiarkan sayapmu mengepak didunia, sebab dengan kutulis namamu disini kurasa engkau akan abadi.

      Purnama hari itu terlihat tegar melihat genggaman terakhir kita didepan teras rumahmu, dan angin seakan menampar kebodohanku yang hanya menatap matamu yang seolah bicara. Kau mulai memakai topi putihmu, dan beranjak dari bangku putih didepanku. Aku hanya menggenggammu lebih erat, tanpa ada sepatah kata yang meluncur. Kali ini aku benar-benar takut, karena kutemui relung terhitammu, nan terjal, nan tandus. Kau sengaja ya? Agar aku mengering didalam hatimu, terkulai dalam kondisi mencintai setengah mati.

      Perlahan kuinjak rem perjalananku, biar saja tak sampai akhir. Setidaknya aku berhenti sebelum arah lajuku tak jelas. Menepi akan lebih menenangkan, rerumputan akan menidurkan aku dan guguran daun akan berdendang tentang kebisuan. Cepat pergi, biar wewangianmu menguap dari akalku, biar sela jemariku kosong, biar hatiku merindu. 

     Yang jelas kau jangan terlambat, sebab cintaku masih buas, mungkin dia akan menerkam kepergianmu yang lamban, membumi hanguskan perpisahan.

     Yang jelas kau jangan terlambat, sebab frekuensi air mataku akan semakin gila, sebab bibirku masih bungkam tak bisa mengucap lara.

      Kau semakin buram, tenggelam bersama orang-orang yang meninggalkan, berhimpun dalam sepenggal kisah yang kekal menjelma derai hujan yang lirih setiap malam.
                                                                     
                                                           

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu, Adalah Tentang Kebenaran.

Rindu Sendiri, Maukah Kau Menggenapkannya?

Aku Mencintaimu, Dan Tidak Sengaja.