Untuk Satu Orang Pembaca. [MASA SMA]

   Hai, apa kabarnya kamu? Sebuah perkenalan pertamaku di masa putih abu. Aku pikir, kini kita telah sama-sama melupakan bagaimana lucunya sebuah usaha dari dua insan yang ingin saling mengenal tapi malu-malu. Tapi kau tau? Kini aku berani membukanya kembali,tertawa bersama serpihan kenangan kita dulu, seakan semuanya sedang terjadi.
Berat rasanya harus menceritakan lagi disini semua kebahagiaan yang pernah ada dalam kisah kita dulu,dalam suasana sedih seperti saat ini.
Apa aku gila? Jika aku bisa merasakan hangatnya roti blueberry yang kusantap saat kau memandangiku dari jendela kelasmu, setiap hari pada jam istirahat?
Apa aku gila? Jika aku bisa melihat rona pipiku yang terpancar saat kau tiba-tiba datang kekelasku hanya untuk meminjam pulpen?
Dan kini aku benar-benar gila, karena aku mengundang semua kriminal yang telah mencabik akal sehatku. Sebuah perpisahan yang terjadi, semua terjadi setelah kepulanganku dari kota penuh kenangan, Yogyakarta.

Aku hanya membawa sebuah kejujuran yang bagimu adalah petaka, aku bilang aku mencintainya. Dia yang membuat Yogyakarta menjadi kota kenangan bagiku, di Malioboro dia merusak segala yang kita bangun.
Sepucuk aksara jawa yang membuat aku rela pergi ke Keraton untuk menerjemahkan kalimat demi kalimat bualan untuk aku telan dan meracuni seisi akalku.

Dan ini adalah syair permintaan maafku, mungkin akan terdengar seperti dentum kematian, tapi kau harus tau bahwa memang syair ini ditulis oleh seseorang dengan hati yang sudah membangkar, bahkan jika kamu datang kemari dan membawa bunga, aku pasti akan membiarkannya mati, sama seperti hatiku.

Kepada pisang goreng dingin yang karena kau bawa ngebut, terimakasih telah membuat aku pernah menjadi sangat menyukai orang yang membawamu.
Kepada cokelat yang hampir setiap hari dia berikan, terimakasih selalu jadi pereda stress-ku.
Kepada sepucuk kertas berisi doa, terimakasih karena pernah menguatkan aku disaat aku kalah olimpiade.
Kepada genggaman tanganmu, terimakasih karenanya aku tau betapa kuatnya dirimu, betapa kerasnya kau mencintai tiap-tiap sifat setanku.
Kepada tatapanmu yang teduh, terimakasih karena telah membenamkanku pada genang air dimatamu yang bening.

Maaf karena tolol yang menghancurkan apa-apa yang telah dijanjikan.
Maaf karena tolol yang begitu mudahnya percaya dengan laga sang aktor yang katanya mencintaiku dengan seluruh keindahan syairnya.

Tenang saja, setidaknya kau sudah mengerti dan kini kau abadi dalam pesan kosong yang kutulis terbata-bata karena harus mengingat semua tolol yang aku lakukan. 
Tenang saja, kau harus percaya bahwa aku dan kamu sama-sama bahagia dijalur yang berbeda, aku hanya ingin menyebutmu dalam cerita tentang rasa yang pernah ada.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu, Adalah Tentang Kebenaran.

Rindu Sendiri, Maukah Kau Menggenapkannya?

Aku Mencintaimu, Dan Tidak Sengaja.