Rindu Sendiri, Maukah Kau Menggenapkannya?

Hanya saja kita tidak saling tahu, kau terus berlayar tanpa pernah tahu kapan berlabuh, tanpa pernah tahu mesranya angin di pelabuhan yang menidurkan semua kerasmu. Aku sang nona, dengan topi pantainya yang candu panorama samudera, tanpa pernah sampai pada pasir-pasir yang mencumbu tiap jari-jemari kaki, pada pohon-pohon yang katanya selalu bercerita betapa setiap senja, laut selalu menenggelamkan matahari , kekasihnya.  Malam terlalu muram, bintang terlalu banyak menyimpan rindu-rindu yang dititipkan punjangga pada sang nona, dan sang nona hanya tersedu karena langit tak pernah membasahi tanah hatinya yang gersang.

Halo, pak nahkoda! Lautan asmara mulai mengepung sudut pandangku, gelombang rindu menghantam tiap-tiap sudut kapal tuamu, dan haruskah aku pandangi punggungmu melulu?
Apakah aku karang dilautan yang selalu kau cari,lalu kau lewati begitu saja?
Kapankah aku menjadi pelabuhan yang selalu kau nanti?

Terombang-ambing bersamamu adalah pelangi hidupku, yang indahnyapun aku tak tau seberapa lama.
Tenggelamkan saja semua mesra yang kau layarkan pada pulau tak berpenghuni.
Biar hidup dalam ganasnya lautan hitam, biar jauh dari jamuan teh yang menghanyutkan tiap langit berkabung.

Aku adalah penikmat senyummu
Aku adalah peneguk deritamu
Aku, adalah lembar-lembar hidupmu yang tak kau baca, apalagi kau pahami.
Apakah aku juga termasuk karang dilautan yang kau benci?
Apakah aku juga termasuk badai yang ingin segera kau lalui?

Aku cemburu, pada laut yang kau pandang mesra.
Aku cemburu, bahkan pada udara yang selalu menyelimuti jenjang lehermu.
Aku cemburu, dan tidak bisa berhenti.
Semakin malam, rasa cemburu itu semakin meracau dimanja bulan dan bintang, kembang mimpi mekar semerbak kasmaran, yang dihujani air lara, dan kutenggelamkan kau, kasihku yang 'pendiam'.
Kuabadikan kau dalam kembang mimpiku,yang kumekarkan dengan lara, rindu yang meluap pada aksara-aksaraku, dan dengan cemburu.

Perihal mencintai, memang terserah pada hatimu.
Tapi bolehkah aku mengajarkan bibirmu, bagaimana romantisnya mengucap cinta?
Tapi bolehkah aku menjarkan tanganmu yang dingin, bagaimana menghapus air mata?
Tapi bolehkah aku, mengajarkan hatimu cara merindu?

Selamat malam, Pak Nahkoda.
Aku mencintaimu, walau disini gelap. Merindukanmu, meski disini dingin. Panggil aku dalam tidurmu, lalu biarkan aku tidur selamanya disana.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu, Adalah Tentang Kebenaran.

Aku Mencintaimu, Dan Tidak Sengaja.