[Diary Terbuka] Kau, Guguran Sesalku.

Aku membujur kaku meresapi dinginnya rindu, dan sedang berusaha menghidupkan rindu dengan sisa nafasku. Duduklah pada kursi sesalku, nikmati guguran cinta yang sempat kau tanam dipohon tua itu. Iya,pohon yang sudah menyerah mempertahankan sepenggal kisah romantis kita. Apa kau mulai kedinginan, tuan? Teguk saja hangat air wajahku agar senyumku tenggelam dalam hatimu. Lihatlah kini kisah kita begitu kering, hanya disiram rindu yang tak pernah aku bilang padamu, hanya disiriam rindu yang mati, dan hanya aku letakan pada lembar lembar buku cokelatku.

Dim, jadilah daun pertama yang tumbuh pada pohon itu,agar semua sepi sirna.
Hiduplah dihatiku, meski akhirnya menjelma sebagai teman.
Dim, jadilah hujan yang selalu membasahi tiap-tiap sakitku, meski semenit kemudian menjelma menjadi petir yang jahat.
Hiduplah dalam mimpiku, meski kau akan jadi kembang tidur yang menguncupkan hidupku.

Tenang, aku hanya rindu dan juga sedikit sendu. Bukan berarti candu akan dirimu. Semoga ini rinduku yang terakhir, dan aku harap kau membacanya. Biar saja aku tumbuh dewasa, menjadi seorang pencerita sekaligus penyimpan rindu dan sisa-sisa cintaku dimasa itu, kau boleh bawa sakit hatimu yang dulu, kok. Tapi izinkan aku mengenalmu sekali lagi, sekarang.

TO BE CONTINUED

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu, Adalah Tentang Kebenaran.

Rindu Sendiri, Maukah Kau Menggenapkannya?

Aku Mencintaimu, Dan Tidak Sengaja.