Suatu Hari Ketika Aku Rindu

         Aku baru tahu bahwa rindu bisa saja menjadi tamu yang sopan dan  manis, namun barusan dia mengobrak-abrik pertahananku. Dia marah,menyekap senyumku walau ini hari Minggu. Dia terus saja mencekik mataku, sehingga memuntahkan banyak sekali kata yang hanya ditelan kembali, yang secara tidak langsung berarti aku telah mencekoki hatiku untuk mencerna kembali paragraf-paragraf rayuan rindu yang didalamnya ada nama kamu. Sakit sekali rasanya, apalagi tempat yang semesta bilang adalah rumah sedang terasa asing bagiku. Jadi, harus kemana aku bercerita? Mataku mual-mual dan bibirku hanya terpejam, ya sesekali memang ia mengisak.

         Sejak semesta angkuh memerlihatkan perhiasan emas mahalnya sehingga tak ada yang mampu menatapnya lebih lama, sampai akhirnya semesta telanjang takluk oleh purnama, aku hanya diam saja dikamar. Tak ada selera apapun, hanya menjadi gadis yang terlalu banyak tidur dengan asumsi bisa kutemui kamu walau tanpa skenario, di kembang tidurku. Terlebih aku yang hari ini sedang kecewa karena lagi-lagi kita tidak jadi pergi besok. Dikeadaan jiwa yang semrawut ini, aku hanya ingin sukarela terjatuh didalam pelukanmu, atau membahas hal-hal diluar kepentingan aku ataupun kamu, semisal bagaimana kamu akan mencekikku bila aku selingkuh, mendiskusikan perasaan dari laki-laki yang sedari tadi berdiri entah berapa lama hanya untuk mendengarkan dilema wanitanya dalam memilih warna gincu disebuah toko kosmetik.

           Hey, akan ada suatu diagnosa yang lebih seram dari yang dokter bilang, ya sepertinya aku kecanduan dirimu. Aku harus memakanmu, tiga kali sehari. Tapi jikalau kau ikhlas, aku mau makan lebih banyak lagi. Aku ingin mendengar, membaca, bahkan menghapal kisah-kisah hidupmu. Oh iya, jangan juga bodoh untuk terus bertanya buat apa ini semua? Sudah kubilang, aku kecanduan. Semuanya seakan selesai, entah karena celotehmu yang tidak penting, atau karena kejahilanmu yang bisa membuat masalah hidupku takut untuk menggangguku lagi.

            Kadang aku iri, atau mungkin cemburu dengan kamu yang bisa menikmati waktu tanpa aku. Sedangkan aku, setiap waktu hanya berangan kamu ada disini walau cuma untuk melihat tawaku, walau hanya bertatap.

            Aku tahu semuanya hanya karena rindu yang liar, yang sudah terlalu jauh keluar dari nalar dan aku hanya membiarkannya tumbuh menjalar pada tiap-tiap cerita yang sedang diingat. Mungkin aku hanya butuh lebih banyak terlelap, agar rinduku terlepas dari sesak, agar aku bisa memekarkanmu dalam inginku yang selalu saja ego untuk bertemu.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu, Adalah Tentang Kebenaran.

Rindu Sendiri, Maukah Kau Menggenapkannya?

Aku Mencintaimu, Dan Tidak Sengaja.